BOJONEGORO - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat kembali menggelar Ruwatan Murwakala masal yang berlangsung di Objek Wisata Kayangan Api di Desa Sedangharjo Kecamatan Ngasem pada Jum’at (27/06/2025) Pagi.
Ruwatan Murwakala masal, merupakan agenda rutin yang dilaksanakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro setiap tahunnya setiap tanggal 1 suro kalender Jawa.
Ruwatan masal Murwakala, dihadiri oleh Bupati Bojonegoro Setyo Wahono beserta Ketua Dekranasda Bojonegoro Cantika Wahono kemudian Wakil Bupati Bojonegoro Nurul Azizah beserta sang suami Budi Jatmiko.
Tak hanya itu, hadir pula jajaran Forkopimcam Ngasem serta di ikuti oleh 107 peserta yang didampingi orang tua. Ruwatan Murwakala ini turut di iringi pagelaran wayang kulit yang dibawakan oleh Dalang Ki Ngaesan dengan menbawa lakon Murwakala.
Sebelum acara berlangsung, terlebih dahulu dilaksanakan prosesi upacara kirab yang dimulai dari gerbang pintu masuk kayangan api dilanjutkan mengintari api abadi sembari di iringi galeman gending jawa.
Seusai prosesi upacara kirab, secara simbolis penyerahan gunungan wayang yang diberikan Bupati Bojonegoro Setyo Wahono kepada Dalang Ki Ngaesan sebagai pertanda dimulainya ruwatan.
Adapun peserta yang mengikuti ruwatan murwakala masal ada sebanyak 107 peserta terdiri dari anak-anak, Rejama ataupun orang dewasa masyarakat Bojonegoro. Sedangkan untuk pendaftarannya tidak di pungut biaya atau peserta di bebaskan dari biaya.
Ruwatan Murwakala sendiri adalah sebuah ritual tradisi adat jawa yang bertujuan untuk membebaskan atau menyucikan seseorang dari nasib buruk kesialan atau gangguan supranatural.
Terutama bagi orang-orang yang termasuk dalam golongan yang dianggap Sukerta atau di anggap bernasib sial menurut kepercayaan Tradisional Jawa. Sehingga kondisi tertentu tersebut harus di ruwat agar bisa hidup sejahtera dalam keyakinan tradisi jawa.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Welly Fitrama dalam laporan kegiatanya menyampaikan. Ruwatan Murwakala merupakan kebudayaan, kebiasaan dan tradisi dari masyarakat yang ada di Bojonegoro.
“Dimana rangkaianya adalah mengandung unsur Tanah, Angin, Air dan Api,” Ungkapnya.
Dirinya menambahkan, jika sebelumnya juga telah dilakukan pengambilan Minyak di Wonocolo yang semalam sudah di semayamkan di Pendopo Kayangan Api serta dilaksanakan Do’a bersama sekaligus Sholawatan.
“Ruwatan Murwakala sebagai bentuk meleslatarikan Budaya Jawa, juga mendukung Geopark.” Pungkasnya.
Sementara Bupati Bojonegoro Setyo Wahono dalam sambutanya menyampaikan. Ruwatan Murwakala merupakan rangkaian upacara tradisi jawa yang bertujuan untuk membersihkan diri, baik secara lahir dan batin untuk meminta perlindungan.
Menurutnya Ruwatan Murwakala juga mengandung nilai-nilai sepiritual dan kearifan lokal sebagai bentuk penghormatan kepada alam, sang pencipta dan membentuk jati diri masyarakat.
Disi lain, juga selalu hidup rukun serta bergotong royong dalam memperkuat identitas sosial sebagai masyarakat jawa khususnya di Kabupaten Bojonegoro.
“Saya mohon, ini Budaya, Keatifal Lokal yang harus di lestarikan untuk lebih mempererat silaturahmi dan mempererat gotong royong sebagai bentuk memohon perlindungan Kepada Allah SWT agar kehidupan kita lebih baik.” Ucapnya.
Selanjutnya, prosesi ruwatan masal kemudian dilanjutkan pegelaran wayang purwa dengan lakon Murwakala yang dibawakan oleh Dalang Ki Ngaesan. Dengan sangat lincah dan penuh penghayatan Dalang Ki Ngaesan memainkan wayang.
Seiring berlangsungnya pagelaran wayang, anak-anak yang mengikuti ruwatan masal menyaksikan pagelaran wayang dari awal hingga akhir.
Dalam lakon Murwakala, secara singkat dikisahkan Bhatara Kala (raksasa jahat) sedang memburu anak anak dengan kategori Sukerto untuk kemudian di mangsa. Sukerto dalam budaya jawa, yaitu orang yang dianggap atau merasa dirinya tidak enak, sial, dirundung bencana, sehingga menjadi santapan Bhatara Kala.
Karena itu, orang yang menyandang sukerto harus diruwat. Jika tidak diruwat, orang tersebut akan menjadi mangsa Bhatara Kala. Menurut kepercayaan jawa, beberapa anak sukerto yang butuh di ruwat antara lain, Ontang Anting (anak tunggal), kemudian Pancuran Kapit sendang (tiga anak/ laki laki di tengah), lalu Sendang Kapit Pancuran (tiga anak/ perempuan di tengah), serta Uger-uger Lawang (dua anak laki laki).
Selain itu, Kembang Sepasang (dua anak perempuan), Kendhana Kendhini (dua anak/ laki laki dan perempuan), Pandhawa (anak lima laki laki semua), Mancalaputri (anak lima/ perempuan semua)/ dan anak kembar.
Tepat sekitar pukul setengah setengah 11 siang, pembacaan mantra mantra uber uber bhatara kala oleh dalang Ki Ngaesan. Setelah pagelaran wayang usai, masing masing peserta ruwatan masal dilakukan prosesi potong rikmo (menggunting rambut) satu per satu peserta.
Usai mengunting rambut para peserta ruwatan mengikuti siraman air kembang yang mana satu per satu peserta berjajar memudian air yang ada didalam tempat khusus, di ambil oleh Dalang Ki Ngaesan menggunakan gayung dan di siramkan ke kepala para peserta ruwatan.
Tak hanya itu, setelah prosesi selesai masing orang tua diberikan 1 ketupat tanpa isi kemudian secara serentak ngrucat kupat luar (menarik ketupat tanpa isi) sembari makan bersama Tumpeng yang sudah di bawa.
Sementara itu, Bulan Maharani Putri Ardai salah satu peserta mengaku sangat senang dan beruntung bisa mengikuti Ruwatan Murwakala. Dimana dalam mengikuti rangkaian Murwakala, dirinya tidak dipingut biaya.
“Saya berharap, kegiatan Ruwatan Murwakala bisa dilaksanakan setiap tahunya karena sangat bermanfaat dan dapat membantu bagi masyarakat yang ingin ikut ruwatan.” Tuturnya.