TUBAN - Sebagian petani di Kabupaten Tuban kini tengah melakukan panen raya padi. Salah satunya seperti yang dilakukan petani di Desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, Jumat (27/10/2023) pagi.
Perjudian menanam padi di musim kemarau ternyata berbuah manis. Selain hasil panen yang didapat melimpah, harga jual gabah juga cukup tinggi.
Salah satunya seperti yang dirasakan Edi, petani padi setempat. Pada musim penghujan, padi yang ia tanam pada 3 petak lahan hanya menghasilkan 2 ton gabah kering. Namun, pada musim kemarau ini, hasil panennya justru naik menjadi 3 ton gabah kering.
“Hasil panen lebih bagus sekarang dari pada musim penghujan kemarin. Kalau musim hujan kemarin hasil panennya menurun, terus harganya juga turun,” ungkapnya kepada JTV.
Harga jual padi yang tinggi di tingkat petani pada musim kemarau ini, juga membuat Edi tersenyum lebar. Harga jual gabah yang sebelumnya hanya dibawah Rp6.000 per kilogram, kini justru naik diatas Rp7.000 per kilogramnya.
“Alhamdulillah untung lumayan besar mas, tapi ya perawatannya harus lebih ekstra,” jelasnya.
Untuk yang diperoleh para petani di desa setempat antara jutaan hingga puluhan juta rupiah, tergantung luasan lahan yang mereka tanam.
Sementara itu, para tengkulak mengaku kesulitan mencari gabah pada musim kemarau. Cuaca panas dan kering serta kendala air, membuat hanya sebagian kecil petani yang berani bertaruh untuk menanam padi.
Meski demikian, harga gabah yang saat ini tergolong mahal. Jika biasanya para tengkulak hanya membanderol harga gabah di tingkat petani di kisaran harga Rp5.500 per kilogram. Namun, kini mereka berani membeli di kisaran harga Rp.7.500 per kilogramnya.
“Kemarau kayak gini kita cari gabah sulit mas, karena memang nggak banyak petani yang tanam. Makanya harganya juga mahal. Saya berani beli diatas Rp.7.500 per kilo kalau memang gabahnya bagus,” kata Anoto, salah satu tengkulak gabah. (dzi/rok)
Perjudian menanam padi di musim kemarau ternyata berbuah manis. Selain hasil panen yang didapat melimpah, harga jual gabah juga cukup tinggi.
Salah satunya seperti yang dirasakan Edi, petani padi setempat. Pada musim penghujan, padi yang ia tanam pada 3 petak lahan hanya menghasilkan 2 ton gabah kering. Namun, pada musim kemarau ini, hasil panennya justru naik menjadi 3 ton gabah kering.
“Hasil panen lebih bagus sekarang dari pada musim penghujan kemarin. Kalau musim hujan kemarin hasil panennya menurun, terus harganya juga turun,” ungkapnya kepada JTV.
Harga jual padi yang tinggi di tingkat petani pada musim kemarau ini, juga membuat Edi tersenyum lebar. Harga jual gabah yang sebelumnya hanya dibawah Rp6.000 per kilogram, kini justru naik diatas Rp7.000 per kilogramnya.
“Alhamdulillah untung lumayan besar mas, tapi ya perawatannya harus lebih ekstra,” jelasnya.
Untuk yang diperoleh para petani di desa setempat antara jutaan hingga puluhan juta rupiah, tergantung luasan lahan yang mereka tanam.
Sementara itu, para tengkulak mengaku kesulitan mencari gabah pada musim kemarau. Cuaca panas dan kering serta kendala air, membuat hanya sebagian kecil petani yang berani bertaruh untuk menanam padi.
Meski demikian, harga gabah yang saat ini tergolong mahal. Jika biasanya para tengkulak hanya membanderol harga gabah di tingkat petani di kisaran harga Rp5.500 per kilogram. Namun, kini mereka berani membeli di kisaran harga Rp.7.500 per kilogramnya.
“Kemarau kayak gini kita cari gabah sulit mas, karena memang nggak banyak petani yang tanam. Makanya harganya juga mahal. Saya berani beli diatas Rp.7.500 per kilo kalau memang gabahnya bagus,” kata Anoto, salah satu tengkulak gabah. (dzi/rok)
