Iklan Beranda

jtvbojonegoro
Kamis, 04 Juni 2020, 16:56 WIB
Last Updated 2020-06-04T09:56:43Z
TubanViewer

Kisah Pilu Penjual Tempe, Distigma Negatif Akibat Data Rapid Tes Bocor


TUBAN - Kisah pilu dirasakan mohammad ali nurhasan, 45 tahun, warga desa sumberejo, kecamatan rengel, kabupaten tuban. Pedagang tempe keliling ini, mendapat stigma negatif dari masyarakat sebagai orang positif covid-19.

Akibatnya pedagang tempe keliling ini sempat dijauhi masyarakat dan harus menjalani isolasi beberapa minggu. Bahkan meski terbukti negatif virus corona, para pelanggan enggan membeli daganganya. Sehingga bapak dua anak ini kerap harus membawa pulang tumpukan tempe kembali ke rumah.



Stigma negatif bermula saat mohammad ali nur hasan mengikuti rapid tes massal di pasar bojonegoro. Uji sampel darah ini menyatakan, ali  nur hasan dan puluhan pedagang lain reaktif covid-19. Namun, entah bagaimana, data pedagang reaktif yang harusnya rahasia tersebut, beredar luas di media sosial.

Setelah isolasi selama 15 hari, ali nur ahsan menjalani swab tes. Berbeda dengan rapid tes, hasil swab tes menyatakan ali nur hasan negatif covid-19. Meski demikian, masyarakat terlanjur takut, sehingga tempe dagangan ali nur hasan kurang laku. Jika biasanya 70 kilogram tempe mampu terjual per hari, maka kini hanya berkisar 20 kilogram saja.

Bahkan, nur ali juga diisukan meninggal dunia akibat terkena virus corona. Kisah pilu tersebut diceritakan nur ali, sambil beberapa kali meneteskan air mata, pada kamis siang.


Tak hanya mohammad ali nur hasan, stigma negatif juga warga desa lain kepada warga desa sumberejo. Pemerintah desa sumberejo berharap masyarakat tidak mudah menjustifikasi berdasar informasi yang tak jelas sumbernya. Mereka menjamin bapak ali nur hasan aman dan tidak terpapar covid-19.
 
Belum diketahui secara pasti penyebar data pedagang reaktif rapid tes, sehingga menimbulkan kegaduhan. Namun, pemerintah desa sumberejo, berharap mis manajemen informasi ini segera dibenahi, agar tidak ada korban lagi.