Iklan Beranda

jtvbojonegoro
Kamis, 13 Agustus 2020, 16:52 WIB
Last Updated 2020-08-13T09:52:39Z
TubanViewer

Ritual Sembahyang Penghormatan Dewa Diwarnai Kericuhan


TUBAN - Tempat ibadah tri dharma, kwan sing bio kabupaten tuban, kamis siang, masih disegel oleh oknum dua kubu pengurus yang berseteru. Akibatnya, umat terpaksa menggelar ritual sembahyang penghormatan terhadap dewa dan arwah leluhur di trotoar jalan. Namun ironis, kegiatan keagamaan itu diwarnai keributan antar dua kelompok pengurus yang mengklaim paling sah.

Keributan terjadi di trotoar jalan depan tempat ibadah tri dharma, kwan sing bio di jalan re martadhinata, kabupaten tuban, kamis siang. Kuasa hukum dua kelompok pengurus yang merasa paling sah terlibat adu mulut, sehingga memicu emosi umat yang bersiap menggelar ritual sembahyang.
 
Beruntung kedua kelompok pengurus yang terlibat perseteruan sejak lama ini mampu menahan diri. Mereka kemudian bersama-sama menjalankan ritual sembahyang penghormatan hari ulang tahun kongco kwan sing tee koen. Namun, kegiatan keagamaan ini terpaksa dilakukan di trotoar jalan.
 
Diketahui sebelumnya, seluruh akses masuk titd kwan sing bio dirantai dan digembok. Dua kelompok pengurus yang konflik saling tuding siapa yang harus bertanggungjawab terkait penutupan. Akibatnya, umat tidak dapat masuk untuk menjalankan ibadah seperti biasanya.
 
Menurut kuasa hukum kubu tio eng bo, anam warsito, awalnya pihaknya berencana sembahyang di dalam klenteng. Namun, kubu alim merilis bahwa sembahyang ditiadakan dan klenteng tidak bisa dibuka. Sehingga kubu kepengurusan tio eng bo memutuskan sembahyang di luar sebagai bukti penghormatan.
 
Kuasa hukum kubu tio eng bo juga mengklaim tempat ibadah umat tri dharma ini, awalnya digembok oleh kubu alim dari dalam. Sehingga, pihaknya menggembok balik dari luar.
 
Sementara itu, kuasa dari kubu alim, heri tri widodo mengatakan. Pihaknya sudah berupaya berkomunikasi dengan baik, bahkan sembahyang bersama-sama. Dalam kasus ini, pihaknya hanya mempertanyakan kejelasan pengacara dari kubu tio eng bo, agar menunjukkan surat kuasanya.
 
Pihak alim mengklaim, klentheng ini awalnya digembok, bukan karena melarang umat untuk beribadah. Melainkan demi mengantisipasi penyebaran covid-19, lantaran ada sejumlah karyawan setempat yang dinyatakan reaktif.
 
Umat titd, kwan sing bio tuban, berharap konflik antar pengurus ini, dapat segera berakhir. Siapapun yang menang dan berhak menjadi pengurus sah akan diterima dengan baik, agar umat dapat menjalankan ibadah kembali dengan tenang.