Iklan Beranda

jtvbojonegoro
Kamis, 25 Februari 2021, 16:25 WIB
Last Updated 2021-02-25T09:25:04Z
BojonegoroViewer

Mencari Ketenangan, Pasutri Hidup Ditengah Hutan


BOJONEGORO - Di rumah kecil inilah pasangan suami istri (pasutri), mbah pasrum 79 tahun dan warni 50 tahun, warga desa kedungsumber, kecamatan temayang, kabupaten bojonegoro, sejak 54 tahun lalu atau tepatnya sejak tahun 1967, memilih tinggal di tengah hutan yang jauh dari pemukiman penduduk.

Di tengah hutan tersebut pasangan suami istri ini tinggal di rumah yang terbuat dari kayu dengan atap genting dan beralaskan tanah. Tak ada listrik, sehingga kalau malam hari, mbah pasrum, begitu dia biasa dipanggil bersama istrinya hari hanya menggunakan lampu teplok atau lampu dari minyak tanah untuk penerangan.

Hanya sebuah radio yang menggunakan satu daya dari batu baterai, yang kerapkali didengarkan oleh mbah pasrum ketika sedang bersantai. Dengan ditemani dua ekor anjingnya, mbah pasrum sehari-hari bertani di dalam kawasan hutan tersebut. Tampak di sekeliling rumahnya ditanami jagung dan berbagai umbi-umbian, serta sayur-sayuran.

Untuk menuju rumah mbah pasrum, harus menggunakan sampan atau perahu dari waduk pacal, dan butuh waktu setengah jam untuk sampai di seberang waduk yang lokasinya paling dekat dengan rumah mbah pasrum, kalaupun lewat jalan darat, harus memutar arah dari desa gondang kecamatan gondang. Itu pun harus berjalan kaki sejauh 6 kilometer, karena tidak memungkinkan menggunakan kendaraan roda dua atau sepeda motor, karena kondisi jalan menuju rumah mbah pasrum hanya jalan setapak yang masih berupa tanah liat serta berlumpur.

Mbah pasrum mengaku dirinya bersama istrinya sudah tinggal di tengah hutan tersebut semenjak tahun 1967 hingga sekarang. Pasutri ini mengaku memiliki 2 orang anak, namun kedua anaknya tersebut saat ini tinggal di dusun tikung, desa senganten, kecamatan gondang, kabupaten bojonegoro.

Dirinya bersama istrinya lebih memilih tidak tinggal di pemukiman pada umumnya dan memilih tinggal di tengah hutan, karena ingin mencari ketenangan dan kenyamanan. Mbah pasrum menuturkan bahwa sebetulnya dirinya mempunyai rumah tempat tinggal yang lebih layak, yang berada di dusun tretes, desa kedungsumber, kecamatan temayang, yang merupakan rumah orang tuanya, yang saat ini ditinggali ibu mertuanya.

Sementara untuk kebutuhan pokok lainya seperti minyak goreng dan bumbu masak, dirinya bersama istrinya biasanya belanja di pasar gondang setiap sebulan atau dua bulan sekali.

Untuk keperluan mobilitas tersebut, mbah pasrum membeli sebuah sampan atau perahu (tak bermesin), sebagai alat transportasi untuk menyeberangi waduk pacal menuju pasar terdekat.

Sementara itu, kepala desa kedungsumber, kecamatan temayang, sukardi, yang mengantarkan awak media ini ke rumah mbah pasrum menjelaskan bahwa pasangan suami istri tersebut tinggal di tengah hutan sudah sejak lama.

Pihaknya juga telah berupaya mengajak pasangan suami istri tersebut untuk tinggal di perkampungan, namun ajakan tersebut berkali-kali ditolak, dengan alasan kalau tinggal di desa tidak bisa bertani karena tidak memiliki sawah.