Iklan Beranda

Sketsa Bengawan
Senin, 08 Mei 2023, 15:51 WIB
Last Updated 2023-05-08T08:51:34Z
TubanViewerViral

LSD Mewabah di Tuban, Harga Sapi Anjlok 50% Jelang Idul Adha


TUBAN - Sirkulasi sapi masuk Pasar Hewan Tuban di Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, merosot tajam. Sapi luar daerah yang biasanya membanjiri area pasar banyak menghilang, karena adanya penyekatan di sejumlah titik perbatasan.

Kepala Pasar Hewan Tuban, Agung Subekti mengatakan, jika biasanya sapi masuk Pasar Hewan Tuban mencapai delapan ratus ekor per hari. Namun sejak adanya wabah penyakit Lumpy Skin Disease (LSD), jumlahnya turun drastis mencapai dua ratus sampai empat ratus ekor per hari. Itupun didominasi sapi lokal Tuban dan pedet atau anakan dari Kabupaten Bojonegoro.

“Semenjak adanya LSD jumlah sapi yang masuk Pasar Tuban turun. Sebelumnya 700 sampai 800 sapi yang masuk, kini hanya 200 sampai 400 per hari. Karena sempat ada pembatasan sapi dari luar kota oleh dinas terkait. Ini yang datang, kebanyakan dari sapi lokal dan Bojonegoro, itupun sapi kecil,” ungkapnya Agung Subekti kepada wartawan, senin (08/05/2023).

Kepala Pasar Hewan Tuban menambahkan, penyakit LSD atau biasa disebut warga lokal sebagai penyakit lato-lato, selain membuat sirkulasi di pasar hewan setempat merosot drastis. Kondisi tersebut juga membuat harga sapi anjlok 50 persen dibanding biasanya. Bahkan, sempat ada seekor sapi dewasa terjangkit LSD hanya dibeli empat ratus ribu per ekor.

“Harga sapi merosot, kemarin ada yang laku cuma 400 ribu, karena kena LSD. Penurunan harga sampai 50 persen,” imbuhnya.

Sementara itu, salah satu pembeli sapi, Sarkim mengaku, harga sapi yang seharusnya mulai merangkak naik jelang idul adha, kini justru merosot tajam sebesar lima puluh persen. Jika biasanya ia membeli sapi limosin besar dengan harga 36 juta rupiah per ekor. Kini, ia justru mendapatkannya dengan harga murah, yakni dikisaran harga 29 juta rupiah per ekor.

“Ini saya beli limusin 2 ekor. Biasanya harganya 36 juta rupiah per ekor, tapi ini dapat murah 29 juta. Katanya kok karena lato-lato (LSD) itu, harganya jadi murah,” jelas Sarkim.
 
Atas kondisi ini, Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah konkrit untuk mengatasi wabah penyakit LSD. Sebab, sebentar lagi Idul Adha, saat paling ditunggu para peternak dan pedagang sapi untuk meraup cuan sebanyak-banyaknya. Namun jika kondisi ini berlarut-larut, maka dikhawatirkan masyarakat takut berkurban sapi.

“Adanya penyakit lato-lato (LSD) membuat harga sapi anjlok. Kami harap pemerintah turun tangan dalam membantu penanganan, apalagi sebentar lagi Idul Adha. Kalau tidak ditangani saya khawatir Idul Adha sepi, karena warga takut kurban,” tegas Doni, salah satu pedagang sapi. (dzi/rok)