Iklan Beranda

Sketsa Bengawan
Rabu, 21 April 2021, 15:34 WIB
Last Updated 2021-04-21T09:03:30Z
TubanViewerViral

Menelusuri Jejak Sunan Bonang, Sang Umaro’ Para Wali Di Tanah Jawa


TUBAN - Komplek makam sunan bonang, terletak 300 meter sebelah barat alun – alun dan masjid agung tuban. Sunan bonang memiliki nama asli raden maulana makdum ibrahim yang lahir pada 1465 masehi dan wafat pada 1525 masehi silam. Beliau adalah putra sunan ampel surabaya.

Sunan bonang  berdakwah di wilayah tuban hingga lasem jawa tengah. Dalam berdakwah, beliau selalu mengambil hati rakyat melalui kesenian tradisional bonang, sehingga ia dikenal sebagai sunan bonang. Sebagai salahsatu ulama besar di zamannya, beliau ahli dibidang filsafat dan sastra jawa, salahsatu kitab yang pernah diciptakannya ialah suluk bonang.

Berdasarkan keahliannya yang luar biasa tersebut, sejumlah ulama bahkan menyebut sunan bonang merupakan umaro’ atau pemimpin para wali di zaman wali songo.

Aura kehebatan sunan bonang tersebut, bahkan masih terasa hingga kini. Hal ini terlihat dari adat tatakrama berziarah serta bangunan komplek  makam sunan bonang yang sedikit berbeda dari kebanyakan wali lainnya.

Seperti bangunan cungkup yang sengaja dibuat rendah yang melambangkan penghormatan sebagai salahsatu ulama kesohor dizamannya dan setelahnya. Sementara wujud gapura paduraksa yang membagi halaman cungkup makam menjadi tiga bagian, yang melambang kesopanan dalam bertamu dengan mengucapkan salam maksimal tiga kali.

Sementara itu, terkait letak makam sunan bonang yang sempat menjadi kontroversi. Bahwasannya diyakini sunan bonang wafat didaerah lasem jawa tengah, jenazah sunan bonang sempat menjadi rebutan para santrinya di tuban dan bawean. Pada saat terjadi rebutan, para santri asal bawean hanya berhasil membawa kain kafannya saja, jenazah sunan bonang akhirnya tetap dimakamkan di tuban.  

Menurut juru kunci makam sunan bonang tuban, jamal dhofir, dalam menyebarkan agama islam, sunan bonang menggunakan pendekatan kultural dengan memasukkan seni ke dalam dakwahnya. Hal ini membuat dakwah sunan bonang dengan mudah diterima oleh masyarakat.

Aura kehebatan sunan bonang ini, juga terlihat  setiap bulan ramadhan. Salahsatu bukti budaya peninggalan beliau yang hingga ini masih bertahan adalah membagi – bagikan bubur secara gratis kepada setiap warga yang membutuhkan.

Tradisi mebagikan bubur yang dinamakan warga bubur suru warisan mbah bonang ini, dilakukan setiap sore menjelang waktu berbuka puasa dihalaman komplek makam. Pembuatan bubur dilakukan oleh para pengurus yayasan komplek makam sunan bonang dengan dana berasal dari sumbangan para dermawan.  

Pembagian bubur secara gratis ini, akan terus berlangsung selama bulan ramadhan. Selain dibagikan cuma – cuma bagi setiap warga yang datang, bubur ini juga disediakan khusus untuk jamaah masjid setempat sebagai takjil berbuka puasa.