LUMAJANG - Bicara soal peluang sukses, kuncinya adalah berani mencoba dan jeli membaca peluang. Semua itu dibuktikan oleh Nur Hasan, 40 tahun warga Desa Gucialit, Kabupaten Lumajang.
Berawal dari kerja serabutan hingga menjadi anak rantau di sejumlah kota di tanah air, Nur Hasan mampu merubah nasibnya setelah memanfaatkan limbah tumbuhan eceng gondok menjadi aneka macam kerajinan. Salah satunya adalah rumah burung atau sarang burung hias.
Kini setelah berjalan satu tahun, dengan dibantu 11 karyawannya, Nur Hasan tidak pernah berhenti produksi memenuhi pesanan kerajinan dari para pelanggannya. Tak hanya pasar lokal, buah kreatif nur hasan diminati pasar mancanegara, khususnya negara-negara eropa seperti Prancis dan Turki.
“Awalnya itu saya kerja serabutan juga pernah merantau. Alhamdulillah kemudian saya pulang dan buka usaha ini, ternyata lumayan berhasil,” jelasnya kepada JTV, Jumat (29/11/2024).
Siapa sangka, dari tanaman hama yang merajalela di rawa-rawa, bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah mengalir deras ke kantong nur hasan. Tiap satu kerajinan yang dipatok 100 hingga 500 ribu omzet puluhan juta mengalir deras tiap bulannya.
“Pemasaran di lokal Indonesia juga sampai ekspor ke Perancis dan Turki. Usaha ini masih terus saya kembangkan,” imbuh Nur Hasan.
Keberhasilan Nur Hasan menjadi wirausahawan, mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Lumajang. Pemkab setempat akan terus membantu pelaku umkm, terutama dalam hal kemasan dan pemasaran.
“Kami akan support terus UMKM di Lumajang, termasuk punyanya pak Nur Hasan ini. Kami ingin ada lembaga BUMN yang bersinergi dan membina UMKM di Lumajang,” tegas Indah Wahyuni, Pj Bupati Lumajang.
Selain kerajinan dari limbah eceng gondok seperti sarang burung, tas dan topi. Nur Hasan juga telah mengembangkan aneka kerajinan dari bahan baku lainnya mulai dari batok kelapa hingga bambu. (yn/rok)
Berawal dari kerja serabutan hingga menjadi anak rantau di sejumlah kota di tanah air, Nur Hasan mampu merubah nasibnya setelah memanfaatkan limbah tumbuhan eceng gondok menjadi aneka macam kerajinan. Salah satunya adalah rumah burung atau sarang burung hias.
Kini setelah berjalan satu tahun, dengan dibantu 11 karyawannya, Nur Hasan tidak pernah berhenti produksi memenuhi pesanan kerajinan dari para pelanggannya. Tak hanya pasar lokal, buah kreatif nur hasan diminati pasar mancanegara, khususnya negara-negara eropa seperti Prancis dan Turki.
“Awalnya itu saya kerja serabutan juga pernah merantau. Alhamdulillah kemudian saya pulang dan buka usaha ini, ternyata lumayan berhasil,” jelasnya kepada JTV, Jumat (29/11/2024).
Siapa sangka, dari tanaman hama yang merajalela di rawa-rawa, bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah mengalir deras ke kantong nur hasan. Tiap satu kerajinan yang dipatok 100 hingga 500 ribu omzet puluhan juta mengalir deras tiap bulannya.
“Pemasaran di lokal Indonesia juga sampai ekspor ke Perancis dan Turki. Usaha ini masih terus saya kembangkan,” imbuh Nur Hasan.
Keberhasilan Nur Hasan menjadi wirausahawan, mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Lumajang. Pemkab setempat akan terus membantu pelaku umkm, terutama dalam hal kemasan dan pemasaran.
“Kami akan support terus UMKM di Lumajang, termasuk punyanya pak Nur Hasan ini. Kami ingin ada lembaga BUMN yang bersinergi dan membina UMKM di Lumajang,” tegas Indah Wahyuni, Pj Bupati Lumajang.
Selain kerajinan dari limbah eceng gondok seperti sarang burung, tas dan topi. Nur Hasan juga telah mengembangkan aneka kerajinan dari bahan baku lainnya mulai dari batok kelapa hingga bambu. (yn/rok)