TUBAN - Banjir luapan air bengawan solo merendam 35 hektar tanaman cabai di Desa Kanorejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, selasa (20/05/2025) pagi. Sejak 2 hari terakhir, sejumlah petani terus sibuk memanen tanaman cabai yang terendam air akibat banjir.
Seperti yang dilakukan Yasman, 63 tahun, salah satu petani di desa setempat. Dibantu adiknya, Yasman mulai memanen satu persatu cabai miliknya yang terendam air. Mereka terpaksa memanen lebih awal, agar cabai tidak busuk.
Satu hektar lahan cabai miliknya harus berubah menjadi danau setelah volume air bengawan solo naik akibat hujan deras yang terjadi beberapa hari terakhir.
Seharusnya tanaman cabai ini baru bisa dipanen setelah berusia 85 hari, namun dirinya harus memanen 30 hari lebih awal untuk menyelamatkan buah cabai agar tidak busuk.
“Cabainya terendam banjir, jadi gagal panen gara-gara banyak yang busuk,” ujar Yasman, petani cabai.
Kondisi ini menyebabkan hasil panen para petani merosot. Banyak buah cabai dibuang di sungai karena busuk dan tak laku dipasaran. Akibat tanamannya terendam banjir, Yasman mengaku merugi hingga Rp40 juta.
“Hasil panennya menurun drastis, banyak gak laku di pasar. Rugi sampai 40 juta,” kata Yusman.
Banjir kali ini merupakan banjir terparah yang pernah terjadi di desa setempat. Tak hanya tanaman cabai beberapa tanaman lain seperti padi dan bawang yang ada di daerah setempat juga rusak diterjang banjir. Dzik/lim.
Seperti yang dilakukan Yasman, 63 tahun, salah satu petani di desa setempat. Dibantu adiknya, Yasman mulai memanen satu persatu cabai miliknya yang terendam air. Mereka terpaksa memanen lebih awal, agar cabai tidak busuk.
Satu hektar lahan cabai miliknya harus berubah menjadi danau setelah volume air bengawan solo naik akibat hujan deras yang terjadi beberapa hari terakhir.
Seharusnya tanaman cabai ini baru bisa dipanen setelah berusia 85 hari, namun dirinya harus memanen 30 hari lebih awal untuk menyelamatkan buah cabai agar tidak busuk.
“Cabainya terendam banjir, jadi gagal panen gara-gara banyak yang busuk,” ujar Yasman, petani cabai.
Kondisi ini menyebabkan hasil panen para petani merosot. Banyak buah cabai dibuang di sungai karena busuk dan tak laku dipasaran. Akibat tanamannya terendam banjir, Yasman mengaku merugi hingga Rp40 juta.
“Hasil panennya menurun drastis, banyak gak laku di pasar. Rugi sampai 40 juta,” kata Yusman.
Banjir kali ini merupakan banjir terparah yang pernah terjadi di desa setempat. Tak hanya tanaman cabai beberapa tanaman lain seperti padi dan bawang yang ada di daerah setempat juga rusak diterjang banjir. Dzik/lim.