BOJONEGORO - Para petani tembakau jenis virginia di Desa Karangdinoyo, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro resah, akibat terus merosotnya harga tembakau pada musim panen kali ini. Harga tembakau kering rajang di tingkat petani, terus merosot sejak tiga hari terakhir, dari kisaran harga Rp30.000 per kilogram, kini tinggal berkisar Rp25.000 saja tiap kilogramnya.
Para petani khawatir, merosotnya harga tembakau ini, makin tak terkendali sehingga membuat mereka merugi. Tak hanya tembakau kering rajang, untuk daun bawah atau kualitas rendah, kini juga tinggal berkisar Rp22.000 per kilogram dari harga sebelumnya yang mencapai kisaran Rp27.000 per kilogramnya.
Sejumlah petani tembakau, mengaku tak mengetahui pasti, penyebab anjloknya harga tembakau ini. Mereka menduga harga tembakau anjlok lantaran faktor cuaca yang tak stabil akhir-akhir ini.
“Kemungkinan karena cuaca ini pak. Langit mendung, mendadak hujan, menyebabkan proses pengeringan tak maksimal, sehingga harga anjlok,” ungkap Ngari, salah satu petani kepada JTV, Senin (08/09/2025).
Kondisi lembab ini, berpengaruh pada kualitas produksi tembakau petani. Apalagi, proses pengolahan tembakau, umumnya sangat mengandalkan cuaca terik dan panas, terutama saat proses pengeringan yang sepenuhnya mengandalkan sinar matahari.
“Terus merosotnya harga tembakau ini, membuat petani khawatir. Sebab, sangat mengancam pendapatan atau bahkan mengalami kerugian yang cukup besar,” imbuh Ngari menegaskan.
Atas kondisi ini, para petani mengaku hanya dapat pasrah. Mereka berharap keadaan cuaca kembali membaik, sehingga harga tembakau kembali naik, dan tidak sampai membuat petani mengalami kerugian yang lebih besar. (edo/rok)
Para petani khawatir, merosotnya harga tembakau ini, makin tak terkendali sehingga membuat mereka merugi. Tak hanya tembakau kering rajang, untuk daun bawah atau kualitas rendah, kini juga tinggal berkisar Rp22.000 per kilogram dari harga sebelumnya yang mencapai kisaran Rp27.000 per kilogramnya.
Sejumlah petani tembakau, mengaku tak mengetahui pasti, penyebab anjloknya harga tembakau ini. Mereka menduga harga tembakau anjlok lantaran faktor cuaca yang tak stabil akhir-akhir ini.
“Kemungkinan karena cuaca ini pak. Langit mendung, mendadak hujan, menyebabkan proses pengeringan tak maksimal, sehingga harga anjlok,” ungkap Ngari, salah satu petani kepada JTV, Senin (08/09/2025).
Kondisi lembab ini, berpengaruh pada kualitas produksi tembakau petani. Apalagi, proses pengolahan tembakau, umumnya sangat mengandalkan cuaca terik dan panas, terutama saat proses pengeringan yang sepenuhnya mengandalkan sinar matahari.
“Terus merosotnya harga tembakau ini, membuat petani khawatir. Sebab, sangat mengancam pendapatan atau bahkan mengalami kerugian yang cukup besar,” imbuh Ngari menegaskan.
Atas kondisi ini, para petani mengaku hanya dapat pasrah. Mereka berharap keadaan cuaca kembali membaik, sehingga harga tembakau kembali naik, dan tidak sampai membuat petani mengalami kerugian yang lebih besar. (edo/rok)