Iklan Beranda

Sketsa Bengawan
Rabu, 10 Agustus 2022, 15:48 WIB
Last Updated 2022-08-10T08:48:14Z
Edukasi | BudayaTubanViewerViral

Tradisi Unik Mandikan Bayi dan Anak di Sungai Bengawan Solo Tuban


TUBAN - Warga di bantaran Sungai Bengawan Solo, Desa Kebomlati, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, mempunyai tradisi unik tinggalan nenek moyang. Pada Selasa Sore (09/08/2022) Sejumlah bayi berusia antara 7 bulan sampai 2 tahun dikumpulkan kemudian diarak keliling kampung dengan iringan tabuhan musik peralatan dapur.

Digendong ibu masing-masing, bayi-bayi ini dibawa menuju tepian Sungai Bengawan Solo setempat untuk mengikuti ritual adus nggawan atau mandi air Sungai Bengawan Solo. Tradisi turun-temurun ini diikuti sebanyak 7 bayi, baik laki-laki maupun perempuan.

Menurut Kepala Desa Kebomlati, Munijan, tradisi turun-temurun ini biasanya dilakukan sendiri-sendiri. Orang tua yang memiliki anak berusia menginjak 7 bulan dan maksimal 2 tahun, harus menggelar adus nggawan. Namun kali ini, pemerintah desa setempat mencoba menggelarnya secara massal, untuk memfasilitasi warga yang belum pernah melaksanakannya.

“Budaya ini adalah budaya turun-temurun dari nenek moyang terdahulu. Biasanya dilaksanakan sendiri-sendiri, tapi saat ini kita fasilitasi untuk dilakukan secara bersamaan,” Jelas Munijan.

Ritual diawali dengan melarung 2 sesaji ke aliran Sungai Bengawan Solo. Selanjutnya, satu-persatu bayi digendong ibunya menuju sesepuh desa, sambil memberikan uang koin seikhlasnya. Sambil mengucap doa, sesepuh desa melempar uang koin, lalu memandikan sang bayi dengan menggunakan air sungai.

Tradisi tuku banyu nggawan ini bertujuan agar masyarakat, khususnya si bayi diberikan keselamatan oleh allah dari marabahaya yang terjadi di air. Mengingat wilayah setempat berdampingan langsung dengan sungai bengawan solo.

“Sesuai kepercayaan nenek moyang terdahulu tempat disini sangat rawan. Jadi kalo sudah membeli air di Bengawan Solo jiwanya sudah menyatu dengan air Bengawan Solo. Selain itu juga berharap diberikan rezeki dan keselamatan dunia akhirat,” Imbuh Kades Kebomlati.

Tak hanya bayi berusia 7 sampai 2 tahun, ritual adus nggawan ini juga kerap dilakukan warga pendatang. Warga meyakini, orang-orang yang enggan melaksanakan adus nggawan diyakini akan tertimpa musibah.

“Ini ikut anak saya usia dua tahun ikut adus bengawan biar selamat, sehat dan panjang umur,” Ungkap Nurul Arifah, ibu bayi peserta adus nggawan.

Meski belum dapat dibuktikan kebenarannya, namun tradisi ini tetap dijalankan sejak ratusan tahun lalu. (dzi/rok)