Iklan Beranda

Sketsa Bengawan
Selasa, 09 Januari 2024, 15:14 WIB
Last Updated 2024-01-09T08:14:54Z
Edukasi | BudayaNganjukPojok PituViewerViral

Perjuangan Kakek di Nganjuk Jualan Wayang Kulit di Era Modern


NGANJUK - Usia senja tak menjadi penghalang bagi Supardi, 60 tahun, untuk terus menjajakan dagangannya. Sejak 25 tahun silam, kakek asal Desa Ngrengket, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, tersebut konsisten menjual seni wayang kulit.

Wayang kulit dari bahan kertas karton ini ia pajang di tembok Balaidesa Ngerengket yang ada di tepi jalan raya setempat. Selain untuk menyambung hidup, usaha ini juga dilakukan untuk melestarikan budaya tinggalan leluhur.

Supardi mengatakan, jualan wayang ini bermula dari hobi sejak umur 25 tahun. Awalnya, supardi membantu temannya menjualkan wayang hingga akhirnya tertarik untuk berjualan sendiri.

“Saya jualan sendiri sudah 25 tahun. Sebelumnya saya bantu teman jualnya mulai saya umur 25 tahun. Terus saya tertarik jualan sendiri karena untungnya lumayan,” jelasnya kepada JTV, Selasa (09/01/2024).

Wayang yang dijual merupakan hasil belanja dari Bulukerto Wonogiri Jawa Tengah dengan harga per biji antara 10 ribu hingga 75 ribu rupiah. Dari harga tersebut, kemudian Ia jual lagi dengan keuntungan antara 15 ribu hingga 600 ribu rupiah.

Ekspansi pasar tak hanya ditingkat lokal nganjuk saja, melainkan sudah keluar kota. Diantaranya blitar, surabaya, malang dan sejumlah daerah lainnya sekitar nganjuk.

Dalam sehari, Supardi mampu menjual antara 5 hingga 20 wayang kulit. Bahkan, jika ada partai besar, ia mampu menjual hingga 100 wayang kulit.

“Sehari bisa jual 5 sampai 10. Kadang kalau ramai ya pas ada pesanan, bisa sampai 100,” imbuh Supardi.

Supardi berharap, seni tinggalan nenek moyang ini masih bisa terus bertahan di era modern seperti sekarang ini. (as/rok)