TUBAN - Bulan suci ramadhan menjadi waktu tersibuk bagi produsen dumbek di Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban. Hampir setiap hari pesanan terus datang, baik dari warga sekitar, maupun luar daerah.
Dumbek merupakan jajanan tradisional khas berbentuk mirip terompet kecil, yang terbuat dari gulungan daun siwalan. Sementara isiannya berupa adonan tepung beras, santan kelapa, dan gula merah. Beberapa penjual terkadang juga menambahkan susu, agar terasa lebih gurih.
Keberadaan dumbek sangat dicari selama bulan suci ramadhan hingga lebaran idul fitri nanti. Tak hanya menjadi oleh-oleh, jajanan tradisional ini juga menjadi suguhan tamu pada momen sakral lebaran.
Dumbek juga kerap dijadikan menu takjil yang harus selalu ada di meja makan, sebagai menu pembuka berbuka puasa karena rasanya yang manis. Para pembeli mengaku sering menggunakan dumbek sebagai menu takjil, karena rasanya gurih, manis dan enak.
“Ini pesan dumbek 50 biji. Sering beli disini, biasanya untuk hajatan, suguhan lebaran. Kalau ini untuk oleh-oleh saudara saya,” jelas Jumali, salah satu pembeli dumbek.
Tak hanya digemari warga sekitar, rasanya yang manis-gurih juga membuat dumbek diburu warga luar daerah. Tak jarang dumbek juga dijadikan buah tangan untuk kerabat luar daerah.
Selama bulan suci ramadhan, produsen kebanjiran pesanan dumbek. Biasanya pesanan akan meningkat seiring mendekati lebaran, yang mencapai 1500 biji per hari. Harga dipatok cukup murah antara Rp1.500 sampai Rp5.000, bergantung ukuran serta campuran adonan yang diminta.
“Dumbek resep dari tahun 90-an dari orang tua, turun-temurun. Biasanya banyak pesanan kalo pas lebaran buat mudik. Sehari minimal ada 300 sampai 1.500 pesanan,” ungkap Iva, produsen dumbek setempat saat ditemui JTV, Kamis (28/03/2024).
Meski tanpa bahan pengawet, dumbek mampu bertahan sampai tiga hari. Namun jika disimpan dalam lemari pendingin, jajanan basah ini mampu bertahan hingga satu minggu. (dzi/rok)
Dumbek merupakan jajanan tradisional khas berbentuk mirip terompet kecil, yang terbuat dari gulungan daun siwalan. Sementara isiannya berupa adonan tepung beras, santan kelapa, dan gula merah. Beberapa penjual terkadang juga menambahkan susu, agar terasa lebih gurih.
Keberadaan dumbek sangat dicari selama bulan suci ramadhan hingga lebaran idul fitri nanti. Tak hanya menjadi oleh-oleh, jajanan tradisional ini juga menjadi suguhan tamu pada momen sakral lebaran.
Dumbek juga kerap dijadikan menu takjil yang harus selalu ada di meja makan, sebagai menu pembuka berbuka puasa karena rasanya yang manis. Para pembeli mengaku sering menggunakan dumbek sebagai menu takjil, karena rasanya gurih, manis dan enak.
“Ini pesan dumbek 50 biji. Sering beli disini, biasanya untuk hajatan, suguhan lebaran. Kalau ini untuk oleh-oleh saudara saya,” jelas Jumali, salah satu pembeli dumbek.
Tak hanya digemari warga sekitar, rasanya yang manis-gurih juga membuat dumbek diburu warga luar daerah. Tak jarang dumbek juga dijadikan buah tangan untuk kerabat luar daerah.
Selama bulan suci ramadhan, produsen kebanjiran pesanan dumbek. Biasanya pesanan akan meningkat seiring mendekati lebaran, yang mencapai 1500 biji per hari. Harga dipatok cukup murah antara Rp1.500 sampai Rp5.000, bergantung ukuran serta campuran adonan yang diminta.
“Dumbek resep dari tahun 90-an dari orang tua, turun-temurun. Biasanya banyak pesanan kalo pas lebaran buat mudik. Sehari minimal ada 300 sampai 1.500 pesanan,” ungkap Iva, produsen dumbek setempat saat ditemui JTV, Kamis (28/03/2024).
Meski tanpa bahan pengawet, dumbek mampu bertahan sampai tiga hari. Namun jika disimpan dalam lemari pendingin, jajanan basah ini mampu bertahan hingga satu minggu. (dzi/rok)
