TUBAN - Bagi traveler sekaligus pecinta buah segar, tak lengkap rasanya jika belum berkunjung ke agrowisata kebun kelengkeng di Desa Sugihan, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban. Selain menyuguhkan eksotisme alam pedesaan, pengunjung juga dapat memetik dan mencicipi buah kelengkeng langsung dari pohonnya.
Buah hasil budidaya petani tradisional tersebut dijamin manis dan berdaging tebal. Area seluas dua belasan hektar tersebut, selalu ramai dikunjungi wisatawan. Terutama memasuki masa panen seperti sekarang.
Pengunjung didominasi rombongan keluarga, instansi, atau komunitas. Keindahan alam nan asri menggoda pengunjung untuk berswa foto. Selain menikmati eksotisme alam pedesaan, pengunjung juga dapat memetik buah kelengkeng langsung dari pohonnya.
Pengunjung bisa mencicipi gratis, namun harus membayar jika membawanya pulang sebagai buah tangan. Untuk harga bervariasi antara Rp30.000 sampai Rp40.000 per kilogram, bergantung kualitas buah.
Tapi jangan khawatir dengan rasa. Kelengkeng di seluruh area dijamin memiliki rasa manis dengan buah tebal, serta berbiji kecil.
“Saya datang dari Gresik, rombongan bersama keluarga. Jauh-jauh kesini tapi berkesan. Suasananya indah, kelengkengnya manis dan buahnya tebal,” ungkap Iwan, pengunjung asal Gresik.
Dalam area ini hanya membudidayakan satu jenis kelengkeng yaitu kateki atau new kristal. Meski sebagian besar telah menghasilkan buah, namun waktu panen dibuat bergantian.
Setiap pohon mampu menghasilkan empat puluh sampai lima puluh kilogram buah kelengkeng segar. Untuk promosi, para petani biasanya memposting pohon yang mulai memasuki masa panen. Selanjutnya, pengunjung akan menghubungi untuk membuat janji, sehingga petani dapat mempersiapkan diri.
“Kami juga menyediakan fasilitas camping ground bagi pengunjung yang ingin menginap di alam bebas. Belum ada tiket masuk, pengunjung hanya diminta mengisi kas seikhlasnya,” jelas Zito Warsito, Kades Sugihan. (dzi/rok)
Buah hasil budidaya petani tradisional tersebut dijamin manis dan berdaging tebal. Area seluas dua belasan hektar tersebut, selalu ramai dikunjungi wisatawan. Terutama memasuki masa panen seperti sekarang.
Pengunjung didominasi rombongan keluarga, instansi, atau komunitas. Keindahan alam nan asri menggoda pengunjung untuk berswa foto. Selain menikmati eksotisme alam pedesaan, pengunjung juga dapat memetik buah kelengkeng langsung dari pohonnya.
Pengunjung bisa mencicipi gratis, namun harus membayar jika membawanya pulang sebagai buah tangan. Untuk harga bervariasi antara Rp30.000 sampai Rp40.000 per kilogram, bergantung kualitas buah.
Tapi jangan khawatir dengan rasa. Kelengkeng di seluruh area dijamin memiliki rasa manis dengan buah tebal, serta berbiji kecil.
“Saya datang dari Gresik, rombongan bersama keluarga. Jauh-jauh kesini tapi berkesan. Suasananya indah, kelengkengnya manis dan buahnya tebal,” ungkap Iwan, pengunjung asal Gresik.
Dalam area ini hanya membudidayakan satu jenis kelengkeng yaitu kateki atau new kristal. Meski sebagian besar telah menghasilkan buah, namun waktu panen dibuat bergantian.
Setiap pohon mampu menghasilkan empat puluh sampai lima puluh kilogram buah kelengkeng segar. Untuk promosi, para petani biasanya memposting pohon yang mulai memasuki masa panen. Selanjutnya, pengunjung akan menghubungi untuk membuat janji, sehingga petani dapat mempersiapkan diri.
“Kami juga menyediakan fasilitas camping ground bagi pengunjung yang ingin menginap di alam bebas. Belum ada tiket masuk, pengunjung hanya diminta mengisi kas seikhlasnya,” jelas Zito Warsito, Kades Sugihan. (dzi/rok)