TUBAN - Mendekati perayaan idul adha, produsen arang di Kabupaten Tuban mengalami peningkatan pesanan. Hal ini salah satunya seperti yang rasakan Purna Wirawan, 43 tahun, produsen arang di Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, pada senin pagi.
Bagaimana tidak, dalam satu bulan terakhir permintaan arang kayu mencapai 40 ton per bulan. Dibantu 8 karyawannya, Purna Wirawan nampak sibuk memasukan ranting kayu dalam tungku pembakaran.
Sebelum dimasukkan, kayu-kayu ini dipotong-potong dan ditata rapi didalam tungku. Setelah penuh, tungku kemudian ditutup menggunakan semen, dan disisakan dua lubang sebagai pintu pembakaran dan asap. Kemudian kayu dibakar selama dua hari. Serta diamkan selama 6 hari agar pembakaran merata.
Pada bulan biasa, Purna Wirawan hanya mengaktifkan 5 tungku pembakaran kapasitas 8 kuintal miliknya. Namun, sejak satu bulan terakhir 10 tungku miliknya kembali berproduksi seluruhnya.
Hal ini tak lepas dari banyaknya pesanan arang menjelang hari raya idul adha. Banyaknya umat muslim yang ingin menikmati daging kurban, dengan cara di sate, membuat pesanan arang meningkat.
Menurut Purna Wirawan, produksi arangnya kini mengalami peningkatan cukup signifikan. Jika pada bulan biasa, ia hanya memproduksi arang hingga 20 ton per bulan, namun dalam 1 bulan terakhir jumlah produksinya meningkat hingga 40 ton.
“Jelang idul adha kita menambahkan kapasitas produksi, karena permintaan pasar lokal mengalami kenaikan sampai 60 persen. Produksi biasanya 15-20 ton per bulan, sekarang bisa hampir 40 ton per bulan.” Ungkap Purna Wirawan.
Arang hasil buatannya ini biasanya akan disetorkan ke beberapa tengkulak yang ada di wilayah kabupaten tuban. Selain itu dirinya juga melayani permintaan dari luar negeri, salah satunya dari arab saudi.
Harga arang kayu sendiri cukup stabil, setiap satu kilo arang kayu asem dijual dengan harga Rp5.000. Sementara untuk arang kayu biasa dijual dengan harga Rp4.000 per kilogramnya.
“Untuk harga 4.000-5.000 bergantung jenis kayu.” Tambahnya. Dzik/lim.
Bagaimana tidak, dalam satu bulan terakhir permintaan arang kayu mencapai 40 ton per bulan. Dibantu 8 karyawannya, Purna Wirawan nampak sibuk memasukan ranting kayu dalam tungku pembakaran.
Sebelum dimasukkan, kayu-kayu ini dipotong-potong dan ditata rapi didalam tungku. Setelah penuh, tungku kemudian ditutup menggunakan semen, dan disisakan dua lubang sebagai pintu pembakaran dan asap. Kemudian kayu dibakar selama dua hari. Serta diamkan selama 6 hari agar pembakaran merata.
Pada bulan biasa, Purna Wirawan hanya mengaktifkan 5 tungku pembakaran kapasitas 8 kuintal miliknya. Namun, sejak satu bulan terakhir 10 tungku miliknya kembali berproduksi seluruhnya.
Hal ini tak lepas dari banyaknya pesanan arang menjelang hari raya idul adha. Banyaknya umat muslim yang ingin menikmati daging kurban, dengan cara di sate, membuat pesanan arang meningkat.
Menurut Purna Wirawan, produksi arangnya kini mengalami peningkatan cukup signifikan. Jika pada bulan biasa, ia hanya memproduksi arang hingga 20 ton per bulan, namun dalam 1 bulan terakhir jumlah produksinya meningkat hingga 40 ton.
“Jelang idul adha kita menambahkan kapasitas produksi, karena permintaan pasar lokal mengalami kenaikan sampai 60 persen. Produksi biasanya 15-20 ton per bulan, sekarang bisa hampir 40 ton per bulan.” Ungkap Purna Wirawan.
Arang hasil buatannya ini biasanya akan disetorkan ke beberapa tengkulak yang ada di wilayah kabupaten tuban. Selain itu dirinya juga melayani permintaan dari luar negeri, salah satunya dari arab saudi.
Harga arang kayu sendiri cukup stabil, setiap satu kilo arang kayu asem dijual dengan harga Rp5.000. Sementara untuk arang kayu biasa dijual dengan harga Rp4.000 per kilogramnya.
“Untuk harga 4.000-5.000 bergantung jenis kayu.” Tambahnya. Dzik/lim.