BOJONEGORO - Belasan hektar tembakau di Desa Sembung, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro rusak hingga mati, pada Kamis (31/07/2025). Kemarau basah yang ditandai dengan curah hujan tinggi, membuat lebih dari 19 hektar tanaman tembakau siap petik atau berumur rata-rata 70 hari di desa setempat, banyak yang rusak tersapu air.
Bahkan, sebagian besar tanaman yang awalnya tumbuh normal, mendadak layu, hingga mati mengering. Kondisi ini membuat petani setempat, meradang. Tembakau yang dibudidayakan dengan kerja keras sejak awal kemarau lalu, tiba-tiba rusak, tak bisa diselamatkan.
Salah satu petani, Sarkam menuturkan hujan deras membuat lima ribu tanaman tembakau yang dibudidayakan, kini mulai layu. Bahkan sebagian besar diantaranya telah mati mengering. Ia pun mengaku harus menderita kerugian yang sangat besar.
“Jelas rugi mas, soalnya kami (petani) terlanjur mengeluarkan banyak modal dan biaya,” jelasnya.
Lanjut Sarkam, modal tersebut digunakan untuk proses perawatan, mulai dari masa pembibitan, penanaman dan penyulaman, hingga pemupukan. Sementara untuk mengurangi resiko kerugian yang lebih besar.
“Saat ini, para petani telah berusaha membuat saluran air serta meninggikan bedengan, agar tidak terjadi genangan jika sewaktu-waktu kembali turun hujan. Upaya ini diharapkan masih dapat menyelamatkan tanaman yang masih normal, sehingga nantinya masih bisa dipetik, meski dengan hasil panen yang seadanya,” tuturnya.
Petani tembakau berharap cuaca di wilayah Bojonegoro ini kembali normal. Hal ini mengingat, tembakau adalah tanaman kering yang tak banyak membutuhkan air.
Jika cuaca buruk ini terus berlanjut, maka hampir dipastikan petani tembakau akan menderita kerugian yang lebih besar, akibat mengalami gagal panen. (edo/rok)