JOMBANG - Meski berada di wilayah perkotaan, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jabon 2, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, mengalami krisis jumlah siswa. Pada awal tahun ajaran baru 2025/2026 ini, sekolah tersebut hanya berhasil menerima empat siswa baru. Jumlah itu pun didapat setelah masa pendaftaran diperpanjang, menyusul pendaftaran gelombang pertama yang hanya menghasilkan dua siswa.
Minimnya minat masyarakat menyekolahkan anaknya di SDN Jabon 2 disinyalir salah satunya karena kondisi infrastruktur sekolah yang memprihatinkan. Sejumlah ruang kelas diketahui dalam kondisi rusak berat dan nyaris roboh, sehingga membahayakan keselamatan siswa dan guru.
“Ruang kelas satu atapnya sudah lapuk dan sangat berisiko roboh. Sedangkan ruang kelas dua, plafonnya sudah ambruk dua hari lalu. Sekarang belum diperbaiki karena penyangga atap sudah rapuh,” ujar Wiji Utami, Kepala SDN Jabon 2.
Untuk sementara, pihak sekolah menyatukan kegiatan belajar mengajar untuk kelas satu dan dua di ruang kelas tiga, mengingat jumlah siswanya tidak banyak. Sementara itu, siswa kelas tiga harus belajar di ruang kantor kepala sekolah. Mereka terpaksa lesehan dan menggunakan kursi tamu sebagai meja belajar dengan fasilitas seadanya.
Pada hari pertama masuk sekolah, seluruh siswa SDN Jabon 2 tetap mengikuti upacara bendera pembukaan tahun ajaran baru. Meski jumlah siswanya sangat minim, semangat para guru dan siswa tetap terlihat tinggi.
Menurut Wiji Utami, pihak sekolah sebenarnya telah mengajukan permohonan rehabilitasi bangunan. Namun, pengajuan tersebut masih terkendala status lahan yang digunakan sekolah. Saat ini, tanah tempat berdirinya SDN Jabon 2 masih berstatus milik desa. Pemerintah daerah disebut tidak dapat mengalokasikan anggaran rehabilitasi selama status lahan belum diserahkan secara resmi ke Pemerintah Kabupaten Jombang.
“Selama tanahnya masih milik desa dan belum diserahkan, kami sulit mendapat bantuan untuk rehabilitasi,” tambah Wiji. Min/lim.
Minimnya minat masyarakat menyekolahkan anaknya di SDN Jabon 2 disinyalir salah satunya karena kondisi infrastruktur sekolah yang memprihatinkan. Sejumlah ruang kelas diketahui dalam kondisi rusak berat dan nyaris roboh, sehingga membahayakan keselamatan siswa dan guru.
“Ruang kelas satu atapnya sudah lapuk dan sangat berisiko roboh. Sedangkan ruang kelas dua, plafonnya sudah ambruk dua hari lalu. Sekarang belum diperbaiki karena penyangga atap sudah rapuh,” ujar Wiji Utami, Kepala SDN Jabon 2.
Untuk sementara, pihak sekolah menyatukan kegiatan belajar mengajar untuk kelas satu dan dua di ruang kelas tiga, mengingat jumlah siswanya tidak banyak. Sementara itu, siswa kelas tiga harus belajar di ruang kantor kepala sekolah. Mereka terpaksa lesehan dan menggunakan kursi tamu sebagai meja belajar dengan fasilitas seadanya.
Pada hari pertama masuk sekolah, seluruh siswa SDN Jabon 2 tetap mengikuti upacara bendera pembukaan tahun ajaran baru. Meski jumlah siswanya sangat minim, semangat para guru dan siswa tetap terlihat tinggi.
Menurut Wiji Utami, pihak sekolah sebenarnya telah mengajukan permohonan rehabilitasi bangunan. Namun, pengajuan tersebut masih terkendala status lahan yang digunakan sekolah. Saat ini, tanah tempat berdirinya SDN Jabon 2 masih berstatus milik desa. Pemerintah daerah disebut tidak dapat mengalokasikan anggaran rehabilitasi selama status lahan belum diserahkan secara resmi ke Pemerintah Kabupaten Jombang.
“Selama tanahnya masih milik desa dan belum diserahkan, kami sulit mendapat bantuan untuk rehabilitasi,” tambah Wiji. Min/lim.