Gempur Rokil

Gempur Rokil
Redaksi JTV
Selasa, 14 Oktober 2025, 13:38 WIB
Last Updated 2025-10-14T06:38:39Z
BojonegoroHukum | PeristiwaViewerViral

Hasil Uji Lab, Sungai Bengawan Solo Bojonegoro Tercemar Parah Limbah Tekstil

 
Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup saat mengambil sampel untuk uji laboratorium di Sungai Bengawan Solo Bojonegoro beberapa waktu lalu. Foto: Edo/JTV.
BOJONEGORO – Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro, air Sungai Bengawan Solo setempat tercemar parah limbah tekstil dan domestik. Uji ini dilakukan setelah sebelumnya warga mengeluhkan tentang perubahan warna air sungai menjadi coklat pekat, serta berbau.
 
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro, Luluk Alifah mengatakan, hasil lab menunjukkan, sejumlah parameter utama kualitas air jauh melebihi ambang batas baku mutu air kelas II. Parameter biochemical oxygen demand (bod), tercatat sebesar 24 Mg/L atau delapan kali lipat dari batas maksimal 3 Mg/L. Sementara chemical oxygen demand (cod) mencapai 82 Mg, dari batas 25 Mg. 

“Kondisi ini menunjukkan tingginya kandungan bahan organik dan kimia di perairan,” ungkapnya kepada JTV, Selasa (14/10/2025).

Lebih parah lagi, lanjut Luluk, kadar oksigen terlarut (do) pada sampel air tercatat 0 Mg, yang berarti tidak ada oksigen tersisa di dalam air, kondisi ini sangat berbahaya bagi keberlangsungan biota sungai. Selain itu, kandungan nitrit (no₂-n) sebesar 0,710 Mg, total fosfat sebesar 0,282 Mg, serta fenol mencapai 0,0575 Mg.

“Semuanya melebihi ambang batas baku mutu. Sehingga ini sangat berbahaya untuk keberlangsungan biota sungai,” imbuhnya.

Sementara itu, parameter lain seperti ph, tss, tds, dan coliform masih dinyatakan memenuhi standar. Menurut analisis, tingginya kadar bod, cod, serta nolnya kadar do menunjukkan adanya pencemaran berat akibat bahan organik dan kimia dari aktivitas manusia.

“Pola pencemaran seperti ini lazim ditemukan pada limbah industri tekstil, batik, laundry komersial, serta limbah domestik dari rumah tangga dan aktivitas pertanian,” jelas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bojonegoro.

Luluk memaparkan, kandungan fenol dan fosfat yang tinggi, merupakan indikator khas limbah tekstil. Zat ini sering digunakan dalam proses pencelupan dan pencucian kain. Sedangkan nitrit dan bahan organik tinggi, juga umum ditemukan pada limbah rumah tangga dan peternakan. 

“Beberapa wilayah di bagian hulu seperti Solo, Sragen, dan sekitarnya diduga menjadi sumber utama beban pencemar yang kemudian terbawa hingga ke wilayah hilir termasuk Kabupaten Bojonegoro,” paparnya. 

Kondisi ini, menurut Luluk berdampak serius terhadap lingkungan, seperti hilangnya oksigen terlarut mengakibatkan kematian biota air, sedangkan kadar fenol dan nitrit yang tinggi bersifat toksik bagi organisme akuatik.

“Fosfat berlebih juga dapat memicu eutrofikasi, yaitu pertumbuhan alga secara masif yang menurunkan kualitas air. Akibatnya, air bengawan solo tidak lagi layak digunakan sebagai sumber air minum, pertanian, perikanan, maupun rekreasi air,” tuturnya.

“Untuk wilayah Kabupaten Bojonegoro sendiri, disarankan adanya peningkatan fasilitas ipal komunal, program restorasi ekosistem sungai, serta pembinaan dan pengawasan terhadap industri dan UMKM di sepanjang bantaran sungai,” imbuh Luluk menegaskan,

Laporan tersebut menegaskan, Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro kini menghadapi beban pencemaran kumulatif. Karena itu, upaya pengendalian kualitas air perlu dilakukan secara berkelanjutan dan terkoordinasi, dari hulu hingga hilir agar fungsi sungai sebagai sumber kehidupan masyarakat dapat kembali pulih. 

Sementara masyarakat juga diimbau, untuk tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai, serta aktif melaporkan jika menemukan aktivitas pembuangan limbah industri ke perairan umum. (edo/rok)