Gempur Rokil

Gempur Rokil
Redaksi JTV
Rabu, 08 Oktober 2025, 13:07 WIB
Last Updated 2025-10-08T06:07:05Z
Edukasi | BudayaPotensi DaerahTubanViewerViral

Manfaatkan Emak-emak Menganggur, Sebuah Desa di Tuban Jadi Sentra Kreasi Daun Lontar

 
Emak-emak di Desa Tunah, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban memproduksi berbagai kreasi daun lontar hingga jadi produk bernilai ekonomis. Foto: Dziky Muhamad/JTV.
TUBAN – Belasan emak-emak di Desa Tunah, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban memproduksi berbagai kreasi daun lontar hingga jadi produk bernilai ekonomis. Melimpahnya pohon lontar membuat para ibu rumah tangga ini lebih kreatif mencari ladang cuan. 

Berbagai anyaman dibuat. Mulai dari tikar, tas anyaman, hingga wadah makanan tradisional. Setiap hari, belasan emak-emak bersama sejumlah bapak berkumpul untuk menganyam daun lontar, atau daun siwalan, yang banyak tumbuh di wilayahnya.

Daun lontar yang semula tak memiliki nilai jual, oleh warga disulap menjadi berbagai produk bernilai ekonomi. Berbagai kreasi dibuatnya mulai dari tikar, tas anyaman, hingga dekorasi gedung. 

Aspurno, pengepul kreasi daun lontar mengaku, proses pembuatannya anyaman lontar dimulai dari mengeringkan daun lontar, lalu dipotong sesuai ukuran, dan diteruskan ke tangan-tangan terampil para emak-emak untuk dianyam.

“Kegiatan ini bukan hanya menjadi sumber penghasilan, tapi juga memberikan aktivitas positif bagi warga yang dulunya hanya berdiam diri di rumah,” ungkapnya kepada JTV, Rabu (08/10/2025).

Berbagai kreasi olahan emak-emak ini kemudian dipasarkan melalui media sosial dan jual beli online. Jika ada pesanan para emak-emak ini akan dipanggil untuk membuat produk anyaman sesuai request pembeli. 

“Setelah laku terjual uang hasil penjualan kemudian akan dibagi secara merata,” jelas Aspurno.

Dalam sehari, para emak-emak ini mampu memproduksi 20 meter tikar anyaman, dan ratusan wadah dumbek. Sementara tas anyaman dibuat jika ada pesanan.

Untuk tikar berbahan lontar dijual  Rp10.000 per meternya. Lalu untuk wadah dumbek dijual dengan harga Rp15.000 - Rp40.000 perseratus pcs. Lalu untuk tas anyaman dari daun lontar dijual Rp20.000 hingga Rp30.000 tergantung ukuran dan tingkat kesulitan.

“Alhamdulillah, dengan adanya kegiatan ini, masyarakat yang dulunya nganggur, "ngerumpi", nggak ada gunanya, sekarang bermanfaat, punya penghasilan meskipun sedikit-sedikit,” imbuh Aspurno menegaskan.

Dengan semangat kebersamaan, warga berharap usaha kerajinan lontar ini terus berkembang, sehingga dapat menjadi sumber ekonomi baru dan mengangkat nama desa tunah sebagai sentra kerajinan anyaman. (dzi/rok)