JOMBANG - Memanfaatkan bahan ubi ungu, Chintya Nurlita, ibu rumah tangga asal Desa Godong, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, ini sukses mengembangkan produk onde-onde. Dengan mempekerjakan tetangganya, ibu rumah tangga asal desa Godong, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang ini mengolah ubi menjadi cemilan yang siap menggoyang lidah.
Dimulai dengan mengupas ubi ungu yang kemudian dicuci sampai bersih. Kemudian dikukus dan dihaluskan hingga menjadi adonan lembut. Kemudian adonan dibentuk bulat dan diisi dengan topping sesuai selera, mulai dari rasa original, coklat, hingga varian unik lainnya. Sebelum digoreng menggunakan api sedang, bulatan ubi ini dikasih wijen yang menjadi ciri khas dari onde onde.
Saat proses menggoreng, pemilik usaha ini tidak lupa mengaduk pelan agar onde-onde matang sempurna dengan tekstur kulit yang lembut. Untuk menarik minat pembeli, Chintya aktif memproduksi sambil live di media sosial tiktok sebagai strategi yang terbukti efektif dalam pemasaran di era digital.
Chintya Nurlita mengatakan harga onde-onde ini perbiji di jual seharga Rp2.500 dan dijual dalam dua kemasan, masing-masing seharga Rp15 ribu dan Rp25 ribu. Dalam sebulan, omzet usaha rumahan ini bisa tembus hingga jutaan rupiah.
“Dulu hanya coba-coba jualan online. Nggak disangka responnya bagus banget. Sekarang malah punya pelanggan tetap dari luar kota juga,” ujar Chintya, Rabu (11/6/2025).
Sementara itu, Naning Susanto salah satu pelanggan mengaku ketagihan saat pertama mencicipi onde-onde ubi ungu ini. Selain rasanya yang gurih, onde-onde ini dipercaya dengan kaya manfaat salah satunya tidak bikin gendut. Sehingga dirinya kerap datang ke lokasi untuk menikmati jajanan tradisional tersebut.
“Rasanya unik dan nggak bikin enek. Apalagi katanya sehat dan nggak bikin gemuk,” katanya.
Selain menawarkan rasa, usaha ini juga memberikan nilai tambah bagi ekonomi lokal serta membangkitkan semangat wirausaha di kalangan ibu rumah tangga. Dengan mengandalkan jaringan media sosial, pemilik usaha rumahan ini terus menjaring pelanggan dari kelompok pemerintah hingga wisatawan yang ingin berburu oleh oleh Jombang. Min/lim.
Dimulai dengan mengupas ubi ungu yang kemudian dicuci sampai bersih. Kemudian dikukus dan dihaluskan hingga menjadi adonan lembut. Kemudian adonan dibentuk bulat dan diisi dengan topping sesuai selera, mulai dari rasa original, coklat, hingga varian unik lainnya. Sebelum digoreng menggunakan api sedang, bulatan ubi ini dikasih wijen yang menjadi ciri khas dari onde onde.
Saat proses menggoreng, pemilik usaha ini tidak lupa mengaduk pelan agar onde-onde matang sempurna dengan tekstur kulit yang lembut. Untuk menarik minat pembeli, Chintya aktif memproduksi sambil live di media sosial tiktok sebagai strategi yang terbukti efektif dalam pemasaran di era digital.
Chintya Nurlita mengatakan harga onde-onde ini perbiji di jual seharga Rp2.500 dan dijual dalam dua kemasan, masing-masing seharga Rp15 ribu dan Rp25 ribu. Dalam sebulan, omzet usaha rumahan ini bisa tembus hingga jutaan rupiah.
“Dulu hanya coba-coba jualan online. Nggak disangka responnya bagus banget. Sekarang malah punya pelanggan tetap dari luar kota juga,” ujar Chintya, Rabu (11/6/2025).
Sementara itu, Naning Susanto salah satu pelanggan mengaku ketagihan saat pertama mencicipi onde-onde ubi ungu ini. Selain rasanya yang gurih, onde-onde ini dipercaya dengan kaya manfaat salah satunya tidak bikin gendut. Sehingga dirinya kerap datang ke lokasi untuk menikmati jajanan tradisional tersebut.
“Rasanya unik dan nggak bikin enek. Apalagi katanya sehat dan nggak bikin gemuk,” katanya.
Selain menawarkan rasa, usaha ini juga memberikan nilai tambah bagi ekonomi lokal serta membangkitkan semangat wirausaha di kalangan ibu rumah tangga. Dengan mengandalkan jaringan media sosial, pemilik usaha rumahan ini terus menjaring pelanggan dari kelompok pemerintah hingga wisatawan yang ingin berburu oleh oleh Jombang. Min/lim.
