Iklan Beranda

Sketsa Bengawan
Jumat, 29 Agustus 2025, 16:08 WIB
Last Updated 2025-08-29T09:08:35Z
JombangPojok PituViewerViral

Potret Kemiskinan Warga di Tengah Kota Jombang


JOMBANG - Di tengah ramainya kenaikan tunjangan DPR RI dan DPRD, warga miskin di Jombang kesulitan mencari makan. Ironisnya lagi warga miskin penderita glaukoma tidak mendapat bantuan pemerintah. 

Janda ini mengandalkan hidup dari menjual barang bekas dari sedekah tetangga dan menjual nasi aking. Warga miskin tersebut tidak mendapat BPNT dan PKH Lansia, bahkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) miliknya juga non aktif.

Warga kurang beruntung tersebut adalah Sulasmi (63 tahun) warga Desa Kepatihan, Kecamatan Jombang Kota, Jombang. Saat ditemui JTV, Jumat (29/08/2025) Ia tengah memiliah nasi aking yang dijemur di depan rumahnya. Dengan matanya yang tidak bisa jelas melihat, dikarenakan glaukoma, nenek ini memilih nasi aking yang telah kering.

Nasi sisa pemberian tetangga yang telah kering ini kemudian dipilih yang telah benar-benar kering. Rencananya nasi aking akan segera dijual kepada tetangga yang membutuhkan untuk pakan ternak.
 
Selain menjemur nasi aking, nenek yang telah 40 tahun menjanda karena ditinggal mati suaminya ini juga bekerja memilah barang bekas. Barang-barang sampah rumah tangga ini dipilah-pilah untuk dijual.  

“Sehari-hari kerja begini nak (memilah barang bekas). Penghasilan tidak tentu. Penglihatan juga tidak jelas karena sakit,” ungkapnya kepada awak media.

Sejak penyakit mata nenek Sulasmi semakin parah, para tetangga rajin mengantar sampah rumah tangga ke rumah Sulasmi sebagai sedekah. Setelah barang bekas yang dipilah terkumpul, kemudian dibeli pengepul. Pendapatan sulasmi dari sampah ini dalam sebulan antara 20 hingga 60 ribu rupiah.

“Saya sudah 40 tahun sendirian (janda). Suami meninggal. Makan ya seadanya nak,” terang Sulasmi.

Pemerintah Desa Kepatihan rutin mendatangi rumah Sulasmi, karena barang bekas yang dikumpulkan Sulasmi dijualkan perangkat desa. Selain itu, Perangkat Desa Kepatihan juga iuran untuk membantu sulasmi setiap bulan.
 
Sebab, Sulasmi tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah selain program bapang (bantuan pangan). Sulasmi pernah mendapatkan BPNT, namun kini diputus. Nenek ini juga tidak mendapatkan bantuan PKH lansia padahal telah dilaporkan ke pendamping PKH Desa. 

“Beliau nggak dapat bantuan pemerintah, makanya kami rutin kesini untuk membantu. Bahkan, KIS milik nenek Sulasmi kini tidak bisa digunakan karena non aktif,” terang Erwin Pribadi, Kades Kepatihan.
 
Kepala Desa juga menjelaskan, Sulasmi tinggal di tanah dengan status sewa. Sehingga pemerintah desa tidak bisa membangun permanen. Rumah berukuran 3 kali 5 meter ini yang membangunkan juga pemerintah desa. 

“Sejak suaminya meninggal. Sulasmi tinggal sendirian, karena dua anaknya merantau ke Medan, Sumatera Utara,” tutup Erwin. (ful/rok)