![]() |
Festival tabuh lesung di Dusun Janten, Desa Ngino, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Minggu (28/09/2025) sore. Foto: Dziky Muhammad/JTV. |
TUBAN - Festival tabuh lesung digelar di sendang atau sumber mata air Dusun Janten, Desa Ngino, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Minggu (28/09/2025) sore. Alat tradisional penumbuk padi yang dulunya menjadi sarana komunikasi dan hiburan masyarakat ini, kini dilombakan.
Data yang dihimpun JTV, sebanyak delapan kelompok dari perwakilan rukun tetangga nampak antusias ikut berpartisipasi. Peserta didominasi dari wanita lansia. Dengan serius, para ibu membuat irama dari kayu pemukul yang ditabuhkan ke lesung, hingga muncul alunan musik berbalut vokal tembang jawa.
Tak hanya itu, pakaian yang digunakan pun bernuansa tempo dulu, membuat suasana semakin hidup dan autentik. Meski tradisi tabuh lesung hampir punah, antusiasme warga tetap tinggi. Lesung yang dahulunya untuk menumbuk padi, jagung, dan ketela pohon, kini lebih dilihat sebagai warisan budaya yang perlu dilindungi.
Kepala Desa Ngino, Wawan Hariyadi mengatakan, pada masa lalu, tabuhan lesung tidak hanya dipakai untuk mengolah hasil panen, namun juga sebagai media komunikasi dan hiburan di pedesaan.
“Tradisi lesung ini kan sebetulnya dulu ketika ini eranya masih era 90-an, ya. Kalau sekarang sudah hampir punah. Dulu, tradisi ini masih menjadi sarana memproses hasil pertanian. Ada padi, jagung, kemudian ada ketela pohon. Dengan modernisasi zaman, tradisi ini menjadi tergerus, sehingga kita buatkan event seperti ini agar tetap lestari,” jelasnya.
“Karena ini masih event pertama, jadi ini masih satu dusun di dusun janten, terdiri dari delapan kelompok ya. Untuk peserta sendiri, rata-rata ibu-ibu yang usianya sudah sepuh. Jadi, untuk yang keterlibatan dari generasi muda sendiri, ini sebatas sebagai vokalnya atau penyanyinya saja,” imbuh Wawan menegaskan.
Para peserta ini diberi waktu belajar selama 4 hari. Tak mau kalah merekapun terus belajar setiap pagi dan siang. Lewat festival tabuh lesung, diharapkan masyarakat tidak sekadar menikmati lomba, namun juga menumbuhkan kesadaran untuk melestarikan budaya leluhur di tengah derasnya arus modernisasi. (dzi/rok)